Ar-Razi (Rhazes)
Penemu Sabun
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria
ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang
pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran
pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan
kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di
Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah
sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah
satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.
Salah satu penemuan
penting yang dicapai umat Islam di era keemasannya adalah sabun. Sejak abad
ke-7 M, umat Muslim telah mengembangkan sebuah gaya hidup higienis yang
mutakhir.
Menurut Ahmad Y
Al-Hassan dalam bukunya berjudul, Technology Transfer in the Chemical Industries,
kota-kota Islam seperti Nablus (Palestina), Kufah dan Basrah (Irak) telah
menjadi sentra industri sabun.
“Sabun yang kita
kenal hari ini adalah warisan dari peradaban Islam,” papar Al-Hassan. Menurut
Al-Hassan, sabun yang terbuat dari minyak sayuran, seperti minyak zaitun serta
minyak aroma, pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan.
Salah seorang sarjana Muslim yang telah mampu menciptakan formula sabun
adalah Al-Razi, ahli kimia dari
Persia.
“Hingga kini,
formula untuk membuat sabun tak pernah berubah,” cetus Al-Hassan. Sabun yang
dibuat umat Muslim di zaman kejayaan sudah menggunakan pewarna dan pewangi.
Selain itu, ada sabun cair dan ada pula sabun batangan. Bahkan, pada masa itu
sudah tercipta sabun khusus untuk mencukur kumis dan janggut.
Selain itu, resep
pembuatan sabun yang lengkap tercatat dalam sebuah risalah bertarikh abad 13 M.
Manuskrip itu memaparkan secara jelas dan detail tata cara pembuatan sabun.
Fakta ini menunjukkan betapa dunia Islam telah jauh lebih maju dibandingkan
peradaban Barat. Masyarakat Barat, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal
pembuatan sabun pada abad ke-16 M.
Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah
dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari
nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi
Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan
hampir seluruh karyanya. Saat masih kecil, ar-Razi tertarik
untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang
alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni
bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi
cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari
sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim. Ar-Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad. Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Kontribusi
Bidang Kedokteran
Cacar dan campak
Cacar dan campak
Sebagai seorang dokter utama di
rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah
'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya
uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit)
berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang
matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman
anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga
masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak
dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi
epidemi." Diagnosa ini kemudian
dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan
pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada
karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan
gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan
fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut." Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah
(Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak
sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke
dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan
kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara
berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi:
"Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada
punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi
semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua
bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan
warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Alergi dan demam
Razi diketahui sebagai seorang
ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama
yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia
menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim
panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai
mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga
berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-Razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan
pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia
mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan
desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter
tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa
menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin.
Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter
untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan
antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi
kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak
bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai
tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja
di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang
dokter. Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk
berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk
masyarakat sekitar.
Buku-buku Ar-Razi pada bidang
kedokteran
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang
kedokteran yang dituliskan dalam buku:
1.
Hidup yang
Luhur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar